Kamis, 21 September 2023

Analisis Laporan & Rasio Keuangan

 A. Pendahuluan

    Laporan keuangan hanyalah sebuah media informasi yang memperlihatkan bagaimana kinerja suatu perusahaan. Namun jikalah hanya sekedar informasi, belum bisa dikatakan falid tanpa adanya suatu analisis dari laporan tersebut. Bagi para pengguna fungsi dari analisis laporan keuangan tersebut adalah untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan saat itu serta melihat kelemahan dan kekuatan  yang dimiliki perusahaan. Ketika penyusunan laporan keuangan sudah sampai pada tahap analisis, maka dengan mudahnya para pengguna laporan tersebut dapat menjadikannya sebagai acuan dalam pengambilan keputusan yang tepat tentang apa yang harus dilakukan ke depan.

B. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

  1. Dengan analisis laporan keuanga, seluruh pengguna dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode baik harta , utang maupun keuntungan dalam bentuk laba yang diperoleh;
  2. Dapat digunakan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan perusahaan dalam satu periode;
  3. Untuk dapat dijadikan bahan evaluasi kinerja manajemen selama satu periode tertentu;
  4. Sebagai cerminan dan perbandingan dengan perusahaan sejenis atas kinerja perusahaan.
C. Metode Dalam Analisis Laporan Keuangan
  1. Analisis Horizontal, merupakan metode yang dilakukan dengan membandingkan laporan neraca, laba rugi atau arus kas dalam beberapa periode. Analisis ini digunakan untuk melihat kenaikan atau penurunan dalam berbagai pos laporan keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis ini merupakan analisis pembanding antara laporan keuangan pada tahun sekarang dengan laporan di tahun sebelumnya. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui perkembangan perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Adapun cara menghitung analisis ini adalah mengurangi pos pada tahun sekarang dikurangi dengan pos pada tahun sebelumnya dan kemudian membaginya dengan pos pada akun sebelumnya.
  2. Analisis Vertikal, metode analisis yang dilakukan pada satu periode laporan keuangan saja, sehingga tidak diketahui perkembangan dari satu periode ke periode laporan keuangan lainnya. Analisis ini akan membandingkan antar akun pada laporan keuangan satu periode. Adapun cara menghitung analisis ini adalah dengan membagi komponen pos pada laporan keuangan dengan angka yang dianggap sebagai nilai total. Contohnya, untuk neraca, angka komponen pada aset lancar dibagi dengan total aset. Analisis ini berguna untuk memahami struktur laporan keuangan. Untuk neraca, penggunan dapat memperoleh informasi mengenai struktur pendanaan yang digunakan dan komposisi aktiva yang dimiliki dan digunakan perusahaan.
D. Definisi Rasio Keuangan
    
    Rasio adalah perbandingan atas hasil yang diperoleh dari satu nilai dengan nilai yang lainnya. Sedangkan, makna dari rasio keuangan adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.

E. Manfaat Analisis Rasio Keuangan
  1. Sebagai salah satu instrumen dalam proses evaluasi pada laporan keuangan dan kinerja perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu dengan tujuan untuk dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melakukan proyeksi keuangan ditahun mendatang
  2. Dapat dijadikan rujukan bagi pihak manajemen dalam menyusun perencanaan
  3. Dapat dijadikan sebagai indikator tolak ukur dalam memperkirakan potensi risiko oleh kreditur
F. Jenis Rasio Keuangan
  • Rasio Likuiditas, digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo.
  • Rasio Aktivitas, atau yang sering disebut dengan rasio efisiensi merupakan rasio yang dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki
  • Rasio Solvabilitas, atau rasio utang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Atau dengan kata lain seberapa besar beban utang yang ditanggung oleh perusahaan dibandingkan dengan total aktiva yang dimilikinya.
  • Rasio Profitabilitas, rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
  • Rasio Pasar, merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham dengan laba, nilai buku per saham dan dividen. Rasio ini dapat memberikan pentunjuk terkait apa yang dibayangkan dan dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa yang akan datang.



Selasa, 25 Juli 2017

komponen bahasa di grammar



Di Era globalisasi seperti saat ini, Bahasa inggris adalah hal yang paling penting untuk kita pelajari saat ini. Mulai dari anak kecil sampai dewasa dituntut agar bias dan mengetahui Bahasa inggris sebagai Bahasa internasional. Dan bagi orang yang belum mengenal apa sih Bahasa inggris, bagaimana cara kita mengetahui tatacara penulisan dengan menggunakan Bahasa inggris, bagaimana kita berbicara dengan Bahasa inggris, nah disini kami ingin sedikit berbagi pengetahuan terkait Grammar. Apa sih itu grammar??  Sebelum kita mengetahui apa itu grammar kita harus mengetahui apa sih definisi dari Bahasa itu sendiri.
Bahasa adalah suatu alat atau system yang digunakan untuk menyampaikan informasi baik secara lisan, tulisan maupun isyarat. Dan bukan hanya itu saja Bahasa juga memiliki komponen yang terdiri dari 6 komponen antara lain:

1) Phoneme adalah komponen terkecil dari Bahasa yang tidak bermakna.
Eg: dalam tulisan latin à A,B,C,……etc
      Dalam tulisan arab à ا,ب,ت,...........Ù‰
2  
      2)Morpheme adalah komponen Bahasa yang berupa kata dasar dan imbuhan.
a.       Free morpheme dalam teori Bahasa inggris sering disingkat menjadi (FM) dan biasa disebut kata dasar. Free merphome ini memiliki ciri-ciri antara lain mampu berdiri sendiri, dan berpotensi menjadi kata dasar.
b.       Bound morpheme (BM) memiliki ciri-ciri yang berbalik dari free morpheme yaitu tidak bias berdiri ssendiri, hanya menjadi imbuhan atau biasa disebut (Affix). Affix dibagi menjadi 2 yaitu : prefix (awalan) & suffix (akhiran)
Eg: Kebahagiaan à KE                       BAHAGIA        AN
                                             BM (prefix)          FM                 BM (suffix)
3     
3    3)  Word adalah komponen Bahasa yang bermakna dan berkelas kata.
Eg: I drive a car à I    drive    a          car
                               N     V       Adj       N

4) Phrase adalah rangkaian kata yang bermakna dan berpola head (yang di jelaskan) & modifier ( yang menjelaskan).
Eg: Rumah Tua à Rumah      Tua                  à Red car       à Red             Car
                               Head         Modifier                                       Modifier     Head

5    
     5)  Clause adalah rangkaian kata yang bermakna dan berpola S+V  dan berpotensi menjadi kalimat atau bagian dari kalimat.
a.       Main Clause (MC) à Induk kalimat memiliki ciri-ciri seperti jenis kalimat ini bias berdiri sendiri, berpotensi menjadi kalimat dan berpola S+V.
b.       Sub Clause (SC) à Anak kalimat memiliki ciri-ciri seperti jenis kalimat ini tidak bias berdiri sendiri, hanya bias menjadi bagian dari kalimat dan berpola Conj, S+V.
Eg: she             goes     after    you      come
       S                 V          Conj    S           V
            Main Clause               Sub Clause
S   
     6) Sentence adalah rangkaian kata yang bermakna lengkap dan minimal berpola S+V dan diakhiri dengan tanda baca pengakhir.
Sentence memiliki pola à S+V
                                            S+V+O
                                            S+v+ADJ



Senin, 19 Oktober 2015

Di lingkungan kerja kita bisa melihat banyak karakter dari setiap insan di lingkungan tersebut ada yang baik, ada yang hanya pura-pura baik untuk mencari muka kepada pimpinan ada yang polos dan banyak sekali karakter-karakter manusia. Dan saya mengalami sendiri bahwa didunia kerja itu dapat merubah sifat manusia yang dulunya baik dan sekarang orang bisa menjadi musuh dalam selimut yang tekadang memanfaatkan kondisi kita disaat lengah mungkin itu salah satu contoh mengapa banyak orang yang mengatakan bahwa didunia kerja itu begitu keras terkadang teman bisa menjadi musuh. Dan pada saat ini aku baru menyadari hal tersebut. so what must i do ?????
 

Minggu, 11 Januari 2015

what is love


WHAT IS LOVE
         
sebenarnya banyak orang yang mengartikan cinta adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang.n Namun pada intinya banyak orang belum memahami hakikat cinta itu sendiri maka sangat disayangkan sekali banyak orang yang menjalin suatu hubungan yang hanya sekedar ingin mendapatkan status “relationship” tanpa memahami esensi dari relationship sehingga banyak orang telah menjadi merugi karena belum mengerti esensi dari cinta itu sendiri dengan putusnya dari hubungan percintaan itu sendiri. Maka dari itu saran dari kami jalani cinta dengan si doi itu dengan bijak dan penuh kesadaran maka kamu akan menemukan makna percintaan itu sendiri. sebab cinta itu kasih dan kasih adalah kebahagiaan dan kebahagiaan itu adalah ketika kita saling menerima dan memberi, saling mengingatkan kesesuatu hal yang positif saling menguatkan dan mendoakan.

Kamis, 27 November 2014

Makalah tentang Tauhid sosial


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Interpretasi dari makna tauhid itu sendiri adalah bagaimana hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia tidak terjadi ketimpangan, artinya manusia harus bisa menempatkan dirinya sebagai hamba Allah yang selalu menundukan dirinya dengan melakukan ibadah mahdhoh.Dan dalam pembahasan mengenai tauhid ini, tauhid merupakan sesuatu hal yang paling penting dalam agama islam,dimana tauhid mengambil peran penting dalam membentuk pribadi-pribadi yang tangguh,selain itu tauhid juga merupakan inti atau akar daripada “aqidah islamiyah”. Namun rupanya saat ini pembahasan masalah antara aqidah dengan tauhid menjadi sesuatu yang terkesampingkan dalam kehidupan, cenderungnya masyarakat yang hedonis dengan persaingan hidup yang begitu ketat, sehingga urusan duniawi menjadi suatu hal yang menyita perhatian manusia dengan hal lainnya.maka dari itu kita sebagai manusia harus memperkuat hubungan manusia dengan Allah. Selain itu juga harus mampu memahami gejala-gejala sosial yang terjadi pada masyarakat. Sehingga tidak akan terjadi ketimpangan antara hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia.
Maka dari itu diharapkan penulisan makalah ini, selain pengetahuan yang luas tentang tauhid sebagai intisari peradaban, harus diimbangi dengan ilmu sosial kemasyarakatan sehingga menghantarkan umat islam menuju kejayaan yang tidak pernah tertandingi.

B.     Rumusan Masalah
            Dalam makalah ini rumusan masalah yang dapat kami paparkan adalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian tauhid menurut islam?
2.      Apa pengertian dari tauhid sebagai cabang ilmu?
3.      Apa pengertian tauhid sebagai dimensi metodologi?
4.      Bagaimana manifestasi tauhid dalam kehidupan?
5.      Bagaiamana paradigma Al-Qur’an dalam perumusan teori sosial?
6.      Bagaimana paradigma islam tentang transformasi nilai-nilai sosial?
7.      Bagaimana pemikiran islam tentang transpormatif dan peranan kader Muhammadiyah itu sendiri?

C.     Tujuan:
            Berdasarkan dari perumusan masalah yang telah disebutkan diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1.      Memahami dan mempelajari tentang pengertian tauhid menurut islam
2.      Memahami dan mempelajari tentang pengertian dari tauhid sebagai cabang ilmu
3.      Memahami dan mempelajari tentang pengertian tauhid sebagai dimensi metodologi
4.      Memahami dan mempelajari tentang manifestasi tauhid dalam kehidupan
5.      Memahami dan mempelajari paradigma Al-Qur’an dalam perumusan teori sosial
6.      Memahami dan mempelajari paradigma islam tentang transformasi nilai-nilai sosial.
7.      Memahami dan mempelajari tentang pemikiran islam tentang transpormatif dan peranan kader Muhammadiyah.


BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Tauhid menurut islam
            Tauhid adalah bahasa arab yang diambil dari kata “Wahada-Yuwahidu-Tauhiddan”( وحد- يوحد- توحيدا ) yang secara sederhana dapat diartikan mengesahkan.Tauhid merupakan satu suku kata wahid (واحد) dan kata ahad. Wahid berarti satu dan ahad yang berarti esa.
            Tauhid didalam ajaran islam berarti sebuah keyakinan akan keesaan Allah. Inilah inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma islam. Karena itu islam dikenal sebagai agama tauhid yaitu agama yang mengesakan Tuhan. Selanjutnya, dalam perkembangan sejarah kaum muslimin, tauhid telah berkembang menjadi nama salah satu cabang ilmu Islam, yaitu ilmu Tauhid yakni ilmu yang membahas segala kepercayaan-kepercayaan yang diambil dari dalil - dalil keyakinan dan hukum-hukum di dalam Islam termasuk hukum mempercayakan Allah itu esa.
2.      Tauhid sebagai cabang islam
            Tauhid didalam kajiannya sebagai salah satu cabang ilmu telah diklasifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Tauhid dalam Rububiyyah
     Dalam Islam, hakikat manusia beragama adalah meyakini adanya tuhan. Bentuk dari keyakinan itu adalah mengabdikan diri kepada-Nya dengan segenap anggota tubuh (jawahir).
     Dalam tataran tauhid rububiyah pada dasarnya manusia berada pada posisi yang sama, yaitu meyakini suatu realitas wujud yang maha sempurna. Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb yang memiliki,merencanakan,menciptakan,mengatur,memelihara serta menjaga seluruh alam semesta. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah surat
Az-Zumar ayat 62 yang berbunyi :
Allah pencipta segala sesuatu dan dia yang memelihara segala sesuatu itu”
b. Tauhid dalam Uluhiyyah
                        Tauhid Ulluhiyah merupakan suatu penegasan bahwa tuhan adalah Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagiNya. Beriman terhadap ulluhiyah Allah merupakan konsekuensi dari keimanan terhadap rububiyah-Nya.Sebagaimana telah disebutkan dalam Firman Allah surat Al Imran ayat 18 yang berbunyi :
Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang - orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Maha perkasa lagi Maha Bijaksana”.

c. Tauhid dalam Asma wa sifah
                        Beriman bahwa Allah memiliki nama dan sifat yang baik (asma’ul husna) yang sesuai dengan keagungan Nya. Umat Islam mengenal 99 asma’ul husna yang merupakan nama sekaligus sifat Allah. Sebagaimana telah disebutkan dalam firman Allah SWT yang berbunyi :
Hanya milik Allah Asma-ul husna maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-nama Nya. Nanti mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”.

3.      Tauhid sebagai dimensi metodologi
            Sebagai intisari peradaban islam, tauhid memiliki dua segi atau dimensi: segi metodologis dan konseptual. Yang pertama menentukan bentuk penerapan dan implementasi prinsip pertama peradaban. Yang kedua menentukan prinsip pertama itu sendiri.
            Dimensi metodologis meliputi tiga perinsip yaitu : kesatuan, rasionalisme dan toleransi. Ketiganya ini merupakan bentuk peradaban islam.
a.       Kesatuan:
      Tak ada peradaban tanpa kesatuan. Jika unsur-unsur peradaban tidak bersatu dan selaras satu dengan yang lainnya, maka unsur-unsur itu bukan membentuk peradaban, melainkan himpunan campur aduk. Prinsip menyatatukan berbagai unsur dan memasukan unsur-unsur itu didalam kerangkanya sangat penting. Prinsip seperti ini akan mengubah campuran hubungan unsur-unsur satu dengan lainnya menjadi bangunan rapi dimana tingkat prioritas atau derjat kepentingan dapat dirasakan. Perdaban islam menempatkan unsur-unsur dalam bangunan rapi dan mengatur eksistensi dan hubungannya berdasarkan pola yang seragam. Unsur-unsur itu sendiri ada yang asli dan ada yang berasal dari luar. Tidak ada peradaban yang tidak mengambil unsur dari luar. Yang penting adalah bahwa peradaban mencerna unsur it, yaitu mempola kembali bentuk dan hubungannya sehingga menyatu ke dalam sistemnya sendiri. Secara organis, unsur-unsur itu bukan bagian dari peradaban itu. Namun jika peradaban ini telah berhasil mengubah mereka dan mengintgrasikannya ke dalam sistemnya, maka proses integrasi menjadi indeks vitalitas, dinamisme dan kreativitasnya dalam setiap peradaban integral, dan tentu saja daam islam, unsur-unsur pembetuknya, baik unsur material,struktural atau relasional, semuanya diikat oleh prinsip utama. Dalam peradaban islam, perinsip utama ini adalah “Tauhid”. Inilah tongkat pengukur utama orang islam, pembimbing dan pencarinya dalam berhadapan dengan agama dan peradaban lain, dengan fakta atau situasi baru.
b.      Rasionalisme:
      Rasionalisme membentuk intisari peradaban islam. Rasionalisme terdiri atas tiga aturan yaitu: pertama menolak semua yang tidak berkaitan dengan realitas, kedua menafikan hal-hal yang sangat bertentangan, ketiga terbuka terhadap bukti baru.Rasionalisme mempelajari tesis-tesis yang bertentangan berulang-ulang, dengan anggapan bahwa pasti ada segi pemikiran yang terlewat yang jika dipertimbangkan akan mengungkapkan hubungan yang bertentangan.
c.       Toleransi:
      Toleransi adalah penerimaan terhadap yang tampak sampai kepalsuannya tersingkap. Dengan demikian toleransi relevan dengan epistemologi. Ia juga relevan dengan etika sebagai prinsip menerima apa yang dikehendaki sampai ke tidak layakannya tersingkap. Yang pertama disebut sa’ah; yang kedua yusr. Keduanya melindungi seorang muslim dari menutup diri terhadap dunia dari konservatisme. Keduanya mendesaknya untuk menegaskan dan mengatakannya terhadap kehidupan, dan terhadap pengalaman baru. Keduanya mendorongnya untuk menyampaikan data baru dengan pikirannya yang tajam, usaha konstruktifnya. Dan dengan demikian memperkaya pengalaman dan kehidupannya, dan selalau memajukan budaya dan peradabannya. Sebagai prinsip metodologis di dalam intisari peradaban Islam, toleransi adalah keyakinan bahwa Tuhan tidak membiarkan umat-Nya tanpa mengutus rasul dari mereka sendiri. Rasul yang akan mengajarkan bahwa tak ada Tuhan kecuali Allah, dan bahwa mereka patut menyembah dan mengabdi kepada-Nya, untuk memperingatkan mereka bahaya kejahatan dan penyebabnya. Dalam hubungan ini, toleransi adalah kepastian bahwa semua manusia dikaruniai sensus communis, yang membuat manusia dapat mengetahui agama yang benar, mengetahui kehendak dan perintah Tuhannya. Toleransi adalah keyakinan bahwa keanekaragaman agama terjadi karena sejarah dengan semua faktor yang mempengaruhinya, kondisi ruang dan waktunya yang berbeda, prasangka, keinginan, dan kepentingannya. Di balik keanekaragaman agama berdiri al-din al-hanif, agama fitrah Allah, yang mana manusia lahir bersamanya sebelum akulturasi membuat manusia menganut agama ini atau itu.




4.      Manifestasi tauhid dalam kehidupan
            Tidak dipungkiri lagi tauhid merupakan basis seluruh keimanan, norma dan nilai. Tauhid mengandung muatan doktrin yang sentral dan asasi dalam islam yaitu: mengesakan Allah yang berasal dari kalimat “ La ilaha illallah” bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Dalam pandangan empiris secara umum, tauhid seolah hanya sebuah konsep yang membuat orang hanya mampu berkutat pada doktrin itu semata. Kesan yang timbul adalah tauhid hanyalah untuk diyakini dan diucapkan, tidak lebih. Padahal praktek tauhid yang dicontohkan oleh Rasulullah tidaklah seperti itu. Tauhid tidak berhenti hanya sebatas doktrin, tapi harus ditunjukkan dengan sikap dalam kehidupan. Dengan itu akan lahirlah rasa kebahagiaan dan kedamaian dalam setiap dimensi kehidupan.
a.       Refleksi Makna Tauhid
      Kalimah syahadah adalah doktrin yang bersifat fundamental dan menyeluruh berupa kesaksian imani tentang keyakinan akan keesaan Allah yang bersifat mutlak yng didalamnya terkandung keyakinan imani tentang Allah yang maha segala-galanya dalam totalitas kedaulatan Tuhan atas kehidupan, jagad raya dan isinya. Tauhid sebagai sentral dan dasar keyakinan dalam Islam ini menjadi sumber totalitas sikap dan pandangan hidup umat dalam keseluruhan dimensi kehidupan. Pandangan Tauhid yang bersifat menyeluruh ini selain melahirkan keyakinan akan ke-esan Allah (unity of Good head) juga melahirkan konsepsi ketauhidan yang lainnya dalam wujud keyakinan akan kesatuan penciptaan (unity of creation), kesatuan kemanusiaan (unity of mankind), kesatuan pedoman hidup (unity of guidance), dan kesatuan tujuan hidup (unity of tbe purpose of life) umat manusia. Sejalan dengan itu, ulama besar dan mufassir al-Qur`an Thabathaba’i mengatakan “tauhid, bila diuraikan akan menjadi keseluruhan Islam, dan bila Islam dirangkum akan diperoleh tauhid”. Tauhid bagaikan khazanah yang disatukan. Pada permukaannya akan kelihatan prinsip akidah yang sederhana, tapi apabila direntangkan ia akan meliputi seluruh alam. Artinya, keseluruhan Islam adalah suatu tubuh yang terbentuk dari berbagai anggota dan bagian, sedangkan jiwanya adalah tauhid. Ketika tauhid (sebagi ruh) terpisah dari anggota dan bagian itu (dalam bentuk amaliyah dan sikap), maka yang akan terbentuk hanyalah sebuah bangkai yang tak bernyawa atau mati.
b.      Peranan tauhid bagi kemanusiaan
      Tauhid, dengan serangkaian nilai yang dikandungnya, hari ini mendapatkan tantangan yang cukup besar. Dimana konsep tauhid tidak cukup hanya dipahami sebagai doktrin semata yang ternyata tidak mampu menjawab persoalan zaman hari ini. Sebagai muslim, tidaklah cukup kalimat tauhid tersebut hanya dinyatakan dalam bentuk ucapan (lisan) dan diyakini dalam hati, tetapi harus dilanjutkan dalam bentuk perbuatan. Sebagai konsekuensi pemikiran ini, berarti semua ibadah murni (mahdhah) seperti shalat, puasa, haji, dan seterusnya memiliki dimensi sosial. Kualitas ibadah seseorang sangat tergantung pada sejauh mana ibadah tersebut mempengaruhi perilaku sosialnya.Tauhid membentuk manusia dapat menempatkan manusia lain pada posisi kemanusiaanya. Manusia tidak dihargai lebih rendah dari kemanusiaanya sehingga diposisikan bagai binatang, atau lebih tinggi bagai tuhan. Ketika itu, maka berbagai kerusuhan berjubah agama yang selalu muncul silih berganti di berbagai belahan bumi ini tak perlu terjadi. Seperti contoh, sejarah perang salib yang merupakan potret pertentangan panjang antar pemeluk Islam-Kristen. Dalam wilayah kepentingan hidup umat manusia, konsepsi tauhid sesungguhnya mempunyai banyak dimensi aktual, salah satunya adalah dimensi pemerdekaan atau pembebasan dari segala macam perbudakan, (tahrirun nas min ‘ibadatil ‘ibad ila ‘ibadatillah.). Diharuskannya manusia bertauhid dan dilarangnya menyekutukan Allah yang disebut syirik, bukanlah untuk kepentingan status-quo Tuhan yang memang maha merdeka dari interes-interes semacam itu, tetapi untuk kepentingan manusia itu sendiri. Dengan demikian terjadi proses emansipasi teologis yang sejalan dengan fitrah kekhalifahan manusia di muka bumi. Manusia bukanlah sekadar abdi Allah, tetapi juga khalifah Allah di muka bumi ini. Karenanya, manusia harus dibebaskan dari penjara-penjara thaghut dalam segala macam konsepsi dan perwujudannya, yang membuat manusia menjadi tidak berdaya sebagai khalifah-Nya. Sehingga dengan keyakinan tauhid itu, manusia menjadi tidak akan terjebak pada kecongkakan karena di atas kelebihan dirinya dibandingkan dengan makhluk Tuhan lainnya masih ada kekuasaan Allah Yang Maha segala-galanya. Selain itu, manusia diberi kesadaran yang tinggi akan kekhalifahan dirinya untuk memakmurkan bumi ini yang tidak dapat ditunaikan oleh makhluk Tuhan lainnya sehingga dirinya haruslah bebas atau merdeka dari berbagai penjara kehidupan yang dilambangkan thaghut. Dengan ketundukan kepada Allah sebagai wujud sikap bertauhid dan bebasnya manusia dari penjara thaghut maka hal itu berarti bahwa manusia sungguh menjadi makhluk merdeka di muka bumi, sebuah kemerdekaan yang bertanggungjawab selaku khalifah­Nya. Karenanya, secara rasional dapat dijelaskan bahwa keyakinan kepada Allah yang Maha esa sebagaimana doktrin tauhid mematoknya demikian, selain memperbesar ketundukan manusia dalam beribadah selaku hamba-Nya, sekaligus memperbesar dan mengarahkan potensi kemampuan manusia selaku khalifah-Nya di atas jagad raya ini. Dengan demikian, selain pada aras individual, tauhid memiliki dimensi aktualisasi bermakna pembebasan atau pemerdekaan pada aras kehidupan kolektif dan sistem sosial.
c.       Tauhid dalam menjawab permasalahan pluralitas
      Kini, secara kebetulan umat Islam di Indonesia adalah penduduk terbesar, karenanya implementasi sikap hidup tauhid sangatlah dituntut dari setiap muslim dalam menyehatkan sistem dan memberdayakan rakyat di berbagai aspek kehidupan baik di bidang politik, ekonomi, budaya, dan aspek-aspek kehidupan penting lainnya. Lebih-lebih ketika para muslim itu memiliki posisi dan otoritas formal yang penting serta menentukan kepentingan atau hajat hidup orang banyak. Umat Islam secara kolektif dan orang-orang Islam secara individual dituntut untuk menjadi teladan yang terbaik dalam mempraktekkan kehidupan dan membentuk bangunan sosial yang bagus, sebagai pancaran sikap hidup tauhid. Inilah yang dikehendaki dalam wacana dan perspektif tauhid sosial. Dalam aktualisasi konkretnya, tuntutan untuk mengaktualisasikan tauhid dalam kehidupan sosial sebagaimana komitmen dari tauhid sosial, tentu saja tidaklah bersifat sederhana dan bahkan terbilang merupakan tantangan berat karena akan bersinggungan dengan beragam kepentingan yang melekat dalam diri manusia selaku aktor sosial dan pada struktur atau sistem sosial. Tidak jarang terjadi kecenderungan, secara formal seseorang itu bertauhid dalam artian tidak menjadi musyrik, tetapi dalam kehidupan sosialnya mempraktekkan hal-hal yang bertentangan dengan esensi dan makna tauhid. Kecenderungan ini terjadi, sebab besar kemungkinan bahwa apa yang dinamakan thaghut sebagai perlambang tuhan selain Allah, ketika bersarang dalam diri manusia mungkin lebih bersifat satu wajah yang bernama hawa nafsu atau pikiran-pikiran sesat yang bersifat individual, tetapi ketika masuk ke dalam struktur sosial akan banyak sekali wajah dan perwujudannya dalam bentuk jahiliyah sistem sebagai akumulasi dari pertemuan seribu satu hawa nafsu dan pikiran-pikiran sesat yang bersifat kolektif. Karenanya sebagai perwujudan atau aktualisasi bertauhid, boleh jadi ada orang salih secara individual, tetapi tidak salih secara sosial. Sebab pengalaman empirik menunjukkan, menciptakan sistem sosial yang salih bukan pekerjaan gampang. Hal yang paling buruk ialah, banyak orang yang secara indi­vidual tidak salih hidup di tengah sistem sosial yang munkar.

5.      Paradigma Al-Qur’an dalam perumusan teori sosial
            Dalam hal ini teori sosial yang didasarkan kepada Al-Qur’an, pertama-tama adalah bahwa kita perlu memahami Al-Qur’an sebagai paradigma. Dan maksud dari paradigma ini adalah seperti yang dipahami oleh Thomas Kuhn bahwa pada dasarnya realitas sosial itu dikontruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang pada gilirannya akan menghasilkan mode of knowing tertentu pula. Dalam pengertian ini, paradigma Al-qur’an berarti suatu konstruksi pengetahuan yang memungkinkan kita memahami realitas sebagaimana Al-Qur’an memahaminya. Konstuksi pengetahuan itu dibangun oleh Al-Qur’an pertama-tama dengan tujuan agar kita memiliki hikmah yang atas dasar itu dapat dibentuk perilaku yang sejalan dengan nilai-nilai normatif Al-Qur’an, baik pada level moral maupun sosial. Tetapi rupanya, konstruksi pengetahuan itu juga memungkinkan kita merumuskan desain besar mengenai sistem islam, termasuk dalam hal sistem ilmu pengetahuannya. Kita sebagai orang muslim yang beriman kepada Allah dan iman kepada kitab-kitabnya selain mengenal Al-Qur’an, kita harus tahu bagaimana cara memahami Al-Qur’annya dengan baik. Salah satu pendekatan yang bisa memperkenalkan dalam rangka mendapatkan pemahaman yang komprehensif terhadap Al-Qur’an yaitu pendekatan sintetik-analitik. Pendekatan ini menganggap bahwa pada dasarnya kandungan Al-Qur’an itu terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama yang berisi tentang konsep-konsep, bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan amsal-amsal.

6.      Paradigma islam tentang transformasi nilai-nilai sosial
            Salah satu kepentingan terbesar islam sebagai sebuah ideologi sosial adalah bagaimana mengubah masyarakat sesuai dengan cita-cita dan visinya mengenai transformasi sosial. Semua ideologi atau filsafat sosial menghadapi suatu pertanyaan pokok tentang bagaimana mengubah masyarakat dari kondisinya yang sekarang menuju kepada keadaan yang lebih dekat dengan tatanan idealnya. Elaborasi terhadap pertanyaan tersebut biasanya dapat menghasilkan teori-teori sosial yang berfungsi untuk menjelaskan kondisi masyarakat yang empiris pada masa kini, dan sekaligus memberikan “insight” mengenai perubahan dan transformasinya. Sebagai sebuah ideologi sosial, islam juga menderviasi teori-teori sosialnya sesuai dengan paradigmanya untuk transformasi sosial menuju tatanan masyarakat yang sesuai dengan cita-citanya. Oleh karena itu menjadi sangat jelas bahwa islam sangat berkepentingan pada realitas sosial, bukan hanya untuk dipahami, tapi juga diubah dan dikendalikan. Tidaklah islami jika, kaum muslim bersikap acuh tak acuh terhadap kondisi struktural masyarakatnya, sementara tahu bahwa kondisi tersebut bersifat munkar. Sikap etis seperti ini mungkin akan menghasilkan bias dalam paradigma teori sosial islam. Islam memiliki dinamika dalam untuk timbulnya desakan pada adanya transformasi sosial secara terus-mnerus, ternyata berakar juga pada misi ideologisnya yaitu cita-cita untuk menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar dalam masyarakat didalam kerangka keimanan kepada Allah. Sementara amar ma’ruf  berarti humanisasi dan emansipasi, nahi mungkar  merupakan upaya untuk liberasi. Dan karena kedua tugas itu berada dalam keranngka keimanan, maka humanisasi dan liberasi merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan dari transendensi. Di setiap masyarakat, dengan struktural dan sistem apa pun, dan dalam tahap historis yang manapun, cita-cita untuk himanisasi, emansipasi, liberasi dan transendensi akan selalu memotivasikan gerakan transformasi islam.

7.      Pemikiran islam tentang transformatif masyarakat
            Saat ini teologi islam mendapat rintangan yang sangat besar. Dimana teologi tidak cukup hanya dipahami sebagai ilmu tentang ketuhanan. Namun lebih dari itu dituntut untuk menterjemahkan apa yang disebut sebagai “kebenaran agama” dalam kontek realitas kehidupan manusia. Dengan begitu teologi bukan sekedar sebuah wacana ilmu ketuhanan yang cenderung hanya begerak pada wilayah ide, melainkan juga dapat menumbuhkan “kesadaran teologis” yang bersifat praktis bagai kalangan beragama dalam rangka memecahkan problem-problem sosial yang menghimpit kehidupan umat manusia. Untuk itu, agama membutuhkan sebuah agenda baru berupa teologi (Islam) yang bervisi transpormatif . Yakni suatu rumusan normatif tentang bagaimanakah seharusnya agama dapat terlibat dalam masalah-masalah sosial sekaligus memberikan jawaban dan komitmen atas masalah itu, yang tentunya sesuai perkembangan zaman. Sehingga agama (Islam) tetap menjadi spirit perjuangan memperoleh keadilan sosial yang menyeluruh. Teologi transpormatif merupakan sebuah penyatuan teologi dan analisis sosial untuk dimanfaatkan dalam kehidupan sosial-keagamaan hari ini. Kalangan teologi transpormatif, dalam masalah ekonomi misalnya, beranggapan bahwa pemerataan ekonomi dalam rangka membasmi kemiskinan harus melalui perombakan kelembagaan atau struktur sosial yang ada tujuannya adalah mentranpormasikan alokasi sumber daya sehingga dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan rakyat banyak.
                                   
BAB III
PENUTUPAN
A.    Kesimpulan
      Dari yang telah teruraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa tauhid merupakan inti pokok agama islam sebagai pengakuan umat islam terhadap pencipta yang mutlak dan tidak ada yang patut disembah kecuali Allah SWT. Sebagaimana yang telah di firmankan oleh Allah dan sabda Nabi Muhammad SAW “orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman(syirik), mereka itulah oarng yang mendapat keamanan. Mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An-nam:82)
Dan Rasulullah bersabda:“Allah ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam, seandainya enkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh jagad, lantas engkau menemuiku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan suatu apa pun, maka Aku akan memberimu ampunan sepenuh jagad itu pula,” (HR.Tirmidzi 3540)
Selain itu juga kita harus bisa bersosialisasi dengan semua masyarakat sehingga dari kita memiliki ketauhidan kepada sang kholiq pada diri kita kita juga bisa menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat sehingga bisa meningkatkan nilai-nilai islam dalam membangun masyarakat berperadaban.

B.     Saran
      Semoga setelah mempelajari dan memahami pembahasan ini kita dapat mengambil hikmah betapa pentingnya tauhid didalam kehidupan kita sebagai umat islam untuk tercapainya hablum minaallah wa hablu minanas. Untuk itu, kita sebagai generasi penerus perjuangan Islam harus berusaha sekuat tenaga untuk mengimplementasikan konsep tauhid dalam semua segi kehidupan kita. Pada akhirnya kita berharap dan berdo'a kepada Allah SWT supaya mengembalikan kejayaan ummat ini dengan konsep tauhid yang kita amalkan












Daftar Pustaka
1)      Al-Qur’anul Karim
2)      Dr. Kuntowijoyo. Paradigma Islam Penerbit Mizan
3)      Tauhid Jilid 1 Penerbit Ponorogo Darussalam Press
4)      Murtadha Muthahhari 1996. Islam dan tantangan zaman Penerbit Pustaka hidayah. 
5)      http://suara tauhid.com/search/pengertian-tauhid-dalam-islam
7)      http://id.wikipedia.org/wiki/Tauhid